Mendengar berita tawuran diantara remaja akhir-akhir
ini membuat kita bertanya-tanya “apa yang remaja pikirkan?” soal tawuran yang
tidak hanya melukai tetapi juga menghilangkan nyawa. Peristiwa-peristiwa
tersebut semakin sering terjadi, dan sangat kita sayangkan.
Masalah diantara remaja adalah masalah yang sudah setua peradaban. Bila Anda seorang remaja maka orangtua anda adalah pihak yang pertama sangat peduli sepak-terjang Anda. Meskipun setiap orangtua pernah melewati masa remaja, namun hal itu tidak pernah mengurangi rasa kuatir mereka. Aneh bukan? Hal ini sangat beralasan, mengingat masa remaja adalah masa peralihan yang sebagian besar menentukan masa depan seseorang setelah melewati usia ini.
Tidak bermaksud menggurui, namun gambaran berikut mungkin dapat menjadi pertimbangan bagi kaum remaja.
Kaum remaja meniru teman sebayanya
Seiring dengan pertambahan usia, pengaruh dari orangtua makin berkurang pada remaja, sebaliknya keinginan untuk populer dan diterima oleh teman sebaya bertambah kuat. Pada masa ini orangtua lebih dianggap sebagai seseorang yang ‘dapat mengerti’ atau sumber kasih sayang ketika remaja diterpa galau. Namun, bila mereka tidak menemukan orangtua di rumah saat remaja dalam kondisi seperti ini, maka mereka mencari tempat curhat diantara teman-teman sebaya. Seringkali, kurangnya percaya diri dan perasaan tidak aman membuat seorang remaja mudah dipengaruhi teman sebaya.
Memang, pengaruh teman sebaya tidaklah selalu buruk. Ada pepatah yang mengatakan “besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya”. Sebagaimana sebuah martil pandai besi dapat menempa besi menjadi pisau atau perkakas lainnya yang bermanfaat, demikian juga persahabatan diantara remaja dapat menajamkan kepribadian satu sama lain, asalkan teman remaja yang menjadi sahabat Anda adalah seorang yang memiliki sikap baik.
Tetapi mengingat usia remaja yang baru beralih dari masa kanak-kanak, kebanyakan dari mereka memiliki pandangan dan pendapat yang tidak pasti, bersikap labil, kurang dapat diandalkan, bahkan ceroboh. Jadi, bila seorang remaja tanpa ragu-ragu menurut saja kepada pengaruh teman sebayanya, ini sama seperti orang buta menuntun orang buta, dan dapat berakibat celaka.
Remaja ingin diterima dalam lingkaran teman sebaya
Pengaruh teman sebaya tidak hanya lewat tekanan atau ajakan mereka untuk bertindak, atau bersikap seperti yang mereka lakukan, tetapi juga dapat timbul dari diri Anda sendiri. Misalnya, sekolah anda akan melaksanakan program studi-tur. Anda kemudian berpikir bahwa Anda mungkin tidak punya teman dekat selama program itu berlangsung. Lalu, Anda berbuat sebisa-bisanya agar diterima dalam pergaulan teman-teman lain. Tanpa anda sadari, sedikit banyaknya anda kemungkinan terpengaruh oleh mereka, misalnya cara bicara, cara berpakaian, atau bertingkahlaku seperti mereka.
Seorang penasehat masalah remaja bernama Beth Winship mengatakan “kaum remaja yang pandai dalam sesuatu merasa diri mereka penting. Mereka tidak perlu bersandar kepada pendapat teman sebaya untuk mendapat citra diri yang baik”. Maka, berupayalah menjadi pandai dan trampil dalam apa yang anda lakukan di sekolah dan di lingkungan Anda.
Luputkan diri dari “jerat” teman sebaya
Anda mungkin punya pandangan “saya tidak takut terhadap pandangan orang”. Namun, mempertahankan tekad itu dibawah tekanan teman-teman sebaya tidak selalu mudah. Mari kita lihat skenario berikut:
Salah seorang teman sekolah Anda menawarkan rokok kepada Anda di hadapan teman-teman yang lain. Anda tahu merokok itu merugikan kesehatan, tetapi mereka semua ingin melihat apakah Anda seorang yang ‘gaul’. Lalu, Anda menolak tawaran tesebut. Teman-teman yang lain langsung berpaling meninggalkan anda, dan menyebut anda ‘cemen’ atau ‘banci’. Malah, mereka tidak mengajak anda lagi main futsal di akhir pekan.
Situasi seperti ini memang tidak mudah dihadapi. Menolak hal yang tidak sesuai standar Anda adalah keputusan yang baik. Namun, tidak perlu berkecil hati bila anda merasa tidak diterima oleh teman sebaya. Anda harus ingat bahwa Anda punya teman lain yang mungkin punya pandangan yang sama dengan Anda. Selain itu, teman yang menawarkan anda hal yang tidak baik bukan teman yang harus dijauhi dari semua hal. Ingatlah bahwa kita semua bukan manusia sempurna, tetapi berusaha untuk mendekati kesempurnaan.
Mendekatlah kepada orangtua
Mendengar dan meminta saran dari orangtua dapat membantu remaja menolak tekanan teman sebaya. Orangtua selalu berupaya keras mengajar Anda dengan nilai-nilai yang benar. Anda mungkin menghadapi hal seperti ini di rumah, sampai-sampai anda merasa kebebasan anda dikekang. Bersabarlah untuk menerima didikan mereka. Orangtua tidak berharap Anda menjadi remaja sepanjang usia, melainkan menjadi orang dewasa yang matang kelak, itu sebabnya mereka sangat peduli pada anda.
Akhirnya, memiliki banyak teman adalah hal yang baik. Namun tidak serta merta bergaul dengan semua tipe orang membuat Anda semakin baik. Bergaul di lingkungan teman sebaya yang baik akan membantu kemajuan Anda menjadi orang yang lebih baik.
Masalah diantara remaja adalah masalah yang sudah setua peradaban. Bila Anda seorang remaja maka orangtua anda adalah pihak yang pertama sangat peduli sepak-terjang Anda. Meskipun setiap orangtua pernah melewati masa remaja, namun hal itu tidak pernah mengurangi rasa kuatir mereka. Aneh bukan? Hal ini sangat beralasan, mengingat masa remaja adalah masa peralihan yang sebagian besar menentukan masa depan seseorang setelah melewati usia ini.
Tidak bermaksud menggurui, namun gambaran berikut mungkin dapat menjadi pertimbangan bagi kaum remaja.
Kaum remaja meniru teman sebayanya
Seiring dengan pertambahan usia, pengaruh dari orangtua makin berkurang pada remaja, sebaliknya keinginan untuk populer dan diterima oleh teman sebaya bertambah kuat. Pada masa ini orangtua lebih dianggap sebagai seseorang yang ‘dapat mengerti’ atau sumber kasih sayang ketika remaja diterpa galau. Namun, bila mereka tidak menemukan orangtua di rumah saat remaja dalam kondisi seperti ini, maka mereka mencari tempat curhat diantara teman-teman sebaya. Seringkali, kurangnya percaya diri dan perasaan tidak aman membuat seorang remaja mudah dipengaruhi teman sebaya.
Memang, pengaruh teman sebaya tidaklah selalu buruk. Ada pepatah yang mengatakan “besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya”. Sebagaimana sebuah martil pandai besi dapat menempa besi menjadi pisau atau perkakas lainnya yang bermanfaat, demikian juga persahabatan diantara remaja dapat menajamkan kepribadian satu sama lain, asalkan teman remaja yang menjadi sahabat Anda adalah seorang yang memiliki sikap baik.
Tetapi mengingat usia remaja yang baru beralih dari masa kanak-kanak, kebanyakan dari mereka memiliki pandangan dan pendapat yang tidak pasti, bersikap labil, kurang dapat diandalkan, bahkan ceroboh. Jadi, bila seorang remaja tanpa ragu-ragu menurut saja kepada pengaruh teman sebayanya, ini sama seperti orang buta menuntun orang buta, dan dapat berakibat celaka.
Remaja ingin diterima dalam lingkaran teman sebaya
Pengaruh teman sebaya tidak hanya lewat tekanan atau ajakan mereka untuk bertindak, atau bersikap seperti yang mereka lakukan, tetapi juga dapat timbul dari diri Anda sendiri. Misalnya, sekolah anda akan melaksanakan program studi-tur. Anda kemudian berpikir bahwa Anda mungkin tidak punya teman dekat selama program itu berlangsung. Lalu, Anda berbuat sebisa-bisanya agar diterima dalam pergaulan teman-teman lain. Tanpa anda sadari, sedikit banyaknya anda kemungkinan terpengaruh oleh mereka, misalnya cara bicara, cara berpakaian, atau bertingkahlaku seperti mereka.
Seorang penasehat masalah remaja bernama Beth Winship mengatakan “kaum remaja yang pandai dalam sesuatu merasa diri mereka penting. Mereka tidak perlu bersandar kepada pendapat teman sebaya untuk mendapat citra diri yang baik”. Maka, berupayalah menjadi pandai dan trampil dalam apa yang anda lakukan di sekolah dan di lingkungan Anda.
Luputkan diri dari “jerat” teman sebaya
Anda mungkin punya pandangan “saya tidak takut terhadap pandangan orang”. Namun, mempertahankan tekad itu dibawah tekanan teman-teman sebaya tidak selalu mudah. Mari kita lihat skenario berikut:
Salah seorang teman sekolah Anda menawarkan rokok kepada Anda di hadapan teman-teman yang lain. Anda tahu merokok itu merugikan kesehatan, tetapi mereka semua ingin melihat apakah Anda seorang yang ‘gaul’. Lalu, Anda menolak tawaran tesebut. Teman-teman yang lain langsung berpaling meninggalkan anda, dan menyebut anda ‘cemen’ atau ‘banci’. Malah, mereka tidak mengajak anda lagi main futsal di akhir pekan.
Situasi seperti ini memang tidak mudah dihadapi. Menolak hal yang tidak sesuai standar Anda adalah keputusan yang baik. Namun, tidak perlu berkecil hati bila anda merasa tidak diterima oleh teman sebaya. Anda harus ingat bahwa Anda punya teman lain yang mungkin punya pandangan yang sama dengan Anda. Selain itu, teman yang menawarkan anda hal yang tidak baik bukan teman yang harus dijauhi dari semua hal. Ingatlah bahwa kita semua bukan manusia sempurna, tetapi berusaha untuk mendekati kesempurnaan.
Mendekatlah kepada orangtua
Mendengar dan meminta saran dari orangtua dapat membantu remaja menolak tekanan teman sebaya. Orangtua selalu berupaya keras mengajar Anda dengan nilai-nilai yang benar. Anda mungkin menghadapi hal seperti ini di rumah, sampai-sampai anda merasa kebebasan anda dikekang. Bersabarlah untuk menerima didikan mereka. Orangtua tidak berharap Anda menjadi remaja sepanjang usia, melainkan menjadi orang dewasa yang matang kelak, itu sebabnya mereka sangat peduli pada anda.
Akhirnya, memiliki banyak teman adalah hal yang baik. Namun tidak serta merta bergaul dengan semua tipe orang membuat Anda semakin baik. Bergaul di lingkungan teman sebaya yang baik akan membantu kemajuan Anda menjadi orang yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar