Selasa, 12 November 2013

Ini Resep Ampuh Kendalikan Laju Pertambahan Penduduk



Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal mengatakan, Indonesia akan memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia pada 26 September di Balai Sidang Jakarta.

"Menurut rencana, acara tersebut akan dibuka oleh Wakil Presiden Boediono," kata Kepala BKKBN Fasli Jalal di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Rabu (25/9/2013).

Fasli menjelaskan, pada tahun 2013 ini, tema yang diangkat dalam Hari Kontrasepsi Dunia adalah "Perluasan Jangkauan Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi Sebagai Upaya Nyata Perwujudan Derajat Kesehatan Keluarga yang Berkualitas".

Fasli juga mengatakan, peringatan Hari Kontrasepsi Dunia diharapkan bisa menjadi momentum yang tepat untuk mengingatkan dan menyadarkan kembali semua pihak akan pentingnya kontrasepsi.

"Makna hari ini adalah agar kita selalu ingat bahwa kontrasepsi adalah salah satu alat yang efektif untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Selain itu kontrasepsi merupakan kebutuhan utama keluarga untuk membentuk keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera," katanya.

Dia juga menambahkan, BKKBN di masa-masa mendatang akan meningkatkan edukasi mengenai kesehatan reproduksi dan seksual serta kesadaran semua pihak mengenai kontrasepsi.

Selain itu, BKKBN juga mengharapkan dukungan dari semua pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam menyukseskan program kependudukan dan keluarga berencana baik kementerian/lembaga terkait, maupun seluruh mitra kerja BKKBN.

"Program kependudukan dan keluarga berencana dapat sukses bila mendapat dukungan dari semua pemangku kepentingan mulai dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah agar di masa mendatang ketersediaan alat kontrasepsi bisa menjangkau seluruh pelosok di seluruh Tanah Air serta gratis agar masyarakat yang ingin mengikuti program KB dapat terlayani dengan baik," katanya.

BKKBN tambah Fasli, juga akan lebih fokus dalam menyosialisasikan dan mengadvokasi masyarakat terkait metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, sterilisasi dan implant, metode operasi wanita (tubektomi) dan metode operasi pria (vasektomi).

"Sosialisasi harus terus dilakukan karena sejauh ini alat kontrasepsi jangka panjang masih kurang diminati, padahal MKJP adalah langkah paling efektif dalam menekan laju pertumbuhan penduduk dan mengurangi angka peserta KB yang putus di tengah jalan," katanya.

Sementara itu, Plt. Deputi Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN Wendy Hartanto menambahkan hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa alat kontrasepsi jangka panjang dari tahun ke tahun terus menurun penggunaannya.

Pada tahun 1991 jelas Wendy, pengguna kontrasepsi IUD mencapai 13 persen dari total pemakai kontrasepsi.

Tetapi angka tersebut terus menurun hingga pada 1994 tercatat hanya 10 persen pemakai IUD, pada 1997 turun lagi menjadi delapan persen, dan pada 2002 jadi enam persen, serta turun lagi jadi lima persen pada 2007, dan pada data 2012, pemakai kontrasepsi IUD tinggal empat persen saja.

25 September 2013
Sumber :
http://health.liputan6.com/read/702394/ini-resep-ampuh-kendalikan-laju-pertambahan-penduduk

Kamis, 07 November 2013

Upaya Pemerintah Meratakan Persebaran Penduduk Indonesia

Salah satu masalah kependudukan di Indonesia adalah tidak meratanya persebaran penduduk. Saat ini, kebanyakan penduduk Indonesia berada di pulau Jawa. Ini disebabkan oleh banyak hal terutama karena pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan di Indonesia, banyaknya universitas ternama yang berada di pulau Jawa serta banyaknya perusahaan besar yang membuka pabrik disana.


Wilayah Transmigrasi
Wilayah Transmigrasi
Agar persebaran penduduk bisa merata di seluruh daratan Indonesia, maka pemerintah melakukan berbagai upaya. Beberapa diantaranya :



1. Pemerataan pembangunan

Pemerataan pembangunan baik diwilayah Indonesia timur, tengah maupun barat akan mengurangi jumlah penduduk yang memilih untuk mengadu nasib ke pulau Jawa. Jika pembangunan di daerah-daerah sudah hampir sama dengan di pusat, maka penduduk tidak perlu keluar dari daerahnya.

Pada akhirnya, mereka bisa ikut serta membangun daerahnya masing-masing. Dan hal ini akan berdampak pada pembangunan secara nasional.

2. Menciptakan lapangan kerja di daerah-daerah

Salah satu cara menciptakan lapangan kerja di daerah adalah tidak menjadikan pulau Jawa sebagai satu-satunya pusat industri di Indonesia. Dengan kata lain, pabrik-pabrik besar tidak hanya dibangun di Jawa, tapi diseluruh pulau besar di Indonesia secara merata.

Dengan begitu, penduduk tidak perlu pergi ke Jawa untuk mencari pekerjaan karena didaerahnya sudah terdapat lapangan kerja yang bisa menampung mereka.

3. Transmigrasi

Sebuah data menunjukan bahwa pulau Papua yang luasnya lebih dari 20% dari luar Indonesia memiliki penduduk yang jumlahnya kurang dari 1% dari seluruh penduduk Indonesia. Sementara pulau Kalimantan yang luasnya lebih dari 25% luas Indonesia, jumlah penduduknya hanya 5% dari jumlah penduduk Indonesia.

Salah satu cara mengatasi masalah ini adalah Transmigrasi. Tujuan transmigrasi ini antara lain adalah :

  • meratakan persebaran penduduk di Indonesia
  • peningkatan taraf hidup para transmigran
  • pengelolaan SDA di daerah transmigrasi
  • pemerataan pembangunan di seluruh wilayan Indonesia
  • meningkatkan pertahanan dan keamanan wilayah Indonesia

Program GenRe (Generasi Berencana)

Genre adalah program yang dikembangkan oleh BKKBN dengan kelompok sasaran program, yaitu:
  • Remaja yang berusia 10-24 tahun tapi belum menikah
  • Mahasiswa/mahasiswi yang belum menikah
  • Keluarga
  • Masyarakat yang peduli terhadap kehidupan para remaja
Tujuan dikembangkannya program Genre oleh BKKBN adalah untuk menyiapkan kehidupan berkeluarga bagi para remaja dalam hal:
  • Jenjang pendidikan yang terencana
  • Berkarir dalam pekerjaan yang terencana
  • Menikah dengan penuh perencanaan sesuai dengan siklus kesehatan reproduksi.
Untuk melaksanakan program Genre maka BKKBN melakukan kegiatan berupa:

  • Promosi penundaan usia kawin, sehingga mengutamakan sekolah dan berkarya. Dimana usia pernikahan pertama yang diinginkan dalam program Genre ini minimal adalah 21 tahun, selain itu memberitahu para remaja tentang anatomi sistem reproduksi manusia.
  • Menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi yang seluas-luasnya, dengan cara meningkatkan jumlah PIK R/M melalui berbagai jalur Academic/PT, organisasi keagamaan, dan organisasi Kepemudaan, meningkatkan SDM pengelolah PIK R/M yang berkuallitas, adanya komitmen dari stakeholder dan mitra kerja dalam pengelolaan danpelaksanaan program GENRE .
  • Promosi kesehatan yang merencanakan kehidupan berkeluarga yang sebaik-baiknya.

5 Strategi program Genre:

  • Penataan dan penyerasian kebijakan program GenRe dalam rangkapenyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja.
  • Peningkatan komitmen dan peran serta stakeholder dan mitra kerja dalam program GenRe dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja.
  • Penggerakan dan pemberdayaan stakeholder , mitra kerja, keluarga dan remaja dalam program GenRe dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja
  • Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM pengelola, PS, KS dan kaderprogram GenRe dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja.

PIK KRR, Untuk Membentuk Remaja Berkualitas

Istilah apa sih, Kok saya baru denger? Gimana bacanya yaa?? Pikerrrrr atau piker?
Hehehe, tidak usah bingung baca aja PIK KRR. Merupakan kepanjangan dari Pusat  Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja. Ini merupakan salah satu sub program yang dimiliki oleh BKKBN yang lebih menitikberatkan pada remaja sebagai subjek penyuluhan. Seperti kita ketahui bahwa remaja merupakan salah satu fase usia peralihan antara masa kanak-kanak menuju gerbang dewasa.  Menurut Organisasi kesehatan dunia, WHO, batasan usia remaja adalah usia 12 s/d 24 tahun.  Program ini merupakan salahsatu upaya pemerintah untuk membantu remaja memiliki status kesehatan reproduksi yang baik melalui pemberian informasi, pelayanan konseling, dan pendidikan keterampilan hidup (Life skill).
ilustrasi remaja masa kini (dok.pribados)ilustrasi remaja masa kini (dok.pribados)
 

Sebagai masa peralihan, pada fase remaja inilah anak kita mengalami perubahan fisik dan kepribadian yang signifikan sehingga berdampak pada perubahan emosional yang besar. Dalam aspek kognitif, remaja juga mulai memiliki peningkatan terhadap pemahaman mereka tentang dunianya.  Pada masa ini, seorang anak memiliki keinginan kuat untuk mulai mandiri tidak terikat lagi kepada orang tua, tetapi masih bingung dengan kehidupannya. Mulai berusaha mencari-cari jati diri mereka seperti apa, merupakan salahsatu isu yang paling penting sekaligus kritis pada masa-masa ini.
Mungkin tidak banyak yang mengetahui, ternyata dibalik hingar bingar  kepemerintahan dan politik-politikan ternyata pemerintah masih memperdulikan warganya yang berada pada fase peralihan yang disebut remaja. Melalui program ini, pemerintah mengupayakan agar remaja tidak melewati masa remajanya dengan hal-hal yang tidak berguna. Seperti kita pernah alami, pada masa-masa remajalah kita mengalami proses pencarian jalan hidup yang seperti apa yang akan kita pilih. Tidak sedikit dari teman-teman saya yang pada akhirnya menjadi ‘gagal’ dan ‘biasa-biasa saja’ dimasa dewasanya hanya karena mereka salah memilih jalan dan pergaulan ketika masa remajanya. Melalui program ini, agaknya pemerintah mulai concern melihat perkembangan zaman instant yang serba canggih ini. Betapa banyak remaja yang akhirnya terperangkap kedalam lingkaran NARKOBA, akibat ketidaktauan dan rasa penasaran mereka. Pengetahuan yang kurang, atensi keluarga yang hampir tidak dirasakan, serta kebutuhan akan pengakuan yang tidak terpenuhi membuat mereka kadang memilih jalan yang salah.

Selain itu, perkembangan seksual sekunder remaja juga membuat remaja menjadi penasaran dengan keberadaan diri mereka. Awalnya mungkin coba-coba. Mereka melakukan eksplorasi seksual terhadap diri sendiri, ditambah tontonan-tontonan ‘bokep’  yang mendorong rasa ingin tau yang meledak-ledak membuat remaja cenderung menyalurkannya melalui masturbasi. Salah? Mungkin demikian. Seksolog kompasiana, Mariska Lubis pernah membahas ini sebelumnya.
Didorong rasa keprihatinan supaya remaja memiliki pengetahuan memadai seputar dunianya, maka  sejak tahun 2000, BKKBN sebagai salahsatu badan yang mengurusi Keluarga mempunyai program PIK KRR. Melalui program ini, pemerintah berupaya untuk membentuk remaja TEGAR  yaitu remaja yang berperilaku sehat, menghindari resiko TRIAD KRR (seksualitas, HIV dan AIDS, serta NAPZA),  serta menunda usia perkawinan/pendewasaan usia perkawinan.
Sebagai bagian dari warga Negara Indonesia, maka saya mengajak anda yang memiliki anak remaja agar benar-benar memperhatikan perkembangan anak anda agar tidak salah jalan dalam menapaki hidupnya kelak. Berikanlah kasih sayang yang cukup terhadap mereka, tidak usah terlalu mengekang tapi juga jangan terlalu memberikan kebebasan kepada mereka. Penuhi segala kebutuhan psikologisnya, salah satunya bisa dilakukan dengan upaya memposisikan diri anda sebagai sahabat bagi mereka.

Mari kita selamatkan generasi muda Indonesia agar tidak terjerumus kedalam pergaulan yang salah, supaya terhindar dari NARKOBA dan juga seks bebas yang buntut-buntutnya akan menjadikan Negara kita semakin terbelakang.  Jika anda ingin ikut berkontribusi terhadap program PIK KRR pemerintah, anda bisa menghubungi kantor BKKBN / badan bentukan pemerintah daerah yang concern mengurusi program KB (BKBPP/BPPKB) atau melalui para penyuluh atau petugas Lapangan KB yang tersebar diseluruh kabupaten di wilayah tanah air tercinta ini.

SALAM

Referensi: http://tentangkb.wordpress.com/2009/10/16/pik-krr-untuk-membentuk-remaja-berkualitas/

BKKBN: Banyak Saling Raba, Kualitas Pacaran Remaja Memprihatinkan

Jakarta, Kasus video porno di salah satu SMP Negeri di Jakarta baru-baru ini cuma sebagian dari permasalahan yang dihadapi remaja. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2012 mengungkap perilaku pacaran yang dinilai mengkhawatirkan.

Hal itu disampaikan oleh Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Dr H Soedibyo Alimoeso, MA di sela seminar membahas hasil SKRRI 2012 di Hotel Bidakara, Jakarta Pusat, Kamis (7/11/2013).

"Banyak yang tidak tahu tentang kesehatan reproduksi. Nggak tahu, tapi juga ada keinginan untuk coba-coba. Hampir 30 persen remaja sudah meraba-raba, dan itu pasti berlanjut. Kualitas pacaran remaja kita mengkhawatirkan," kata Sudibyo.

Sudibyo mencontohkan kasus video porno yang dibuat dan diperagakan oleh siswa siswi sebuah SMP Negeri di Jakarta. Aktualisasi diri yang diwujudkan dengan mempertontonkan aktivitas seksual di depan teman sebaya dinilainya telah menunjukkan bahwa batas-batas ketabuan mulai hilang.

Peran orang tua dinilai penting oleh Soedibyo. Dengan menyediakan diri sebagai partner diskusi yang informatif dan menyenangkan, orang tua bisa mencegah perilaku seksual yang tidak sehat pada anak-anak remaja. Orang tua tidak boleh menjadi figur yang menakutkan sehingga anak-anak sungkan mendiskusikan kesehatan reproduksi.

SKRRI 2012 mengungkap beberapa perilaku berpacaran remaja yang belum menikah.

1. Sebanyak 29,5 persen remaja pria dan 6,2 persen remaja wanita pernah meraba atau merangsang pasangannya.
2. Sebanyak 48,1 persen remaja laki-laki dan 29,3 persen remaja wanita pernah berciuman bibir.
3. Sebanyak 79,6 persen remaja pria dan 71,6 persen remaja wanita pernah berpegangan tangan dengan pasangannya.

Umur berpacaran untuk pertama kali paling banyak adalah 15-17 tahun, yakni pada 45,3 persen remaja pria dan 47,0 persen remaja wanita. Dari seluruh usia yang disurvei yakni 10-24 tahun, cuma 14,8 persen yang mengaku belum pernah pacaran sama sekali.

Referensi:  AN Uyung Pramudiarja - detikHealth